Gaya Bahasa dalam Bahasa Indonesia
Gaya bahasa atau lebih dikenal dengan istilah majas merupakan salah satu materi yang terdapat dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, dan harus dipahami oleh siswa. Untuk lebih memudahkan memahaminya, sedikit tulisan ini semoga dapat membantu..
Majas secara garis besar terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Majas Perbandingan, terdiri :
Personifikasi, metafora, simile/perumpamaan, dan alegori.
2. Majas Pertentangan, terdiri :
Hiperbola, litotes, ironi, sinisme, sarkasme, klimaks, antiklimaks, paradoks, dan antifrasis.
3. Majas Pertautan, terdiri :
Alusio, eaufeumisme, metonimia, dan sinekdoke.
Majas Perbandingan
1. Majas Personifikasi
Majas Personifikasi merupakan majas yang melekatkan sifat manusia kepada benda/hal selain manusia sehingga benda tersebut menjadi berperilaku seperti manusia.
Contoh :
Batu itu terdiam seribu bahasa.
Dedaunan di tepi pantai melambai-lambai memanggil para wisatawan.
Pena putih itu menari-nari di atas kertas putih.
2. Majas Metafora
Majas Metafora merupakan majas yang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain secara langsung tanpa menggunakan kata pembanding.
Contoh :
Mobil itu merajai jalanan sejak setahun yang lalu.
Hal paling tidak mengenakkan adalah dianggap menjadi sampah masyarakat.
Perpustakaan akan benar-benar menjadi gudang ilmu jika kita bisa memanfaatkannya.
3. Majas Simile/perumpamaan
Majas Simile merupakan majas yang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain menggunakan kata pembanding.
Kata-kata yang sering digunakan adalah bak, bagai, bagaikan, ibarat, laksana, dan seperti.
Contoh :
Gusti terlihat cantik bagaikan seorang putri raja.
Menghadapi anak nakal itu bak menghadapi seorang preman jalanan yang tak kenal aturan.
Kedua kakak beradik itu laksana pinang dibelah dua.
4. Majas Alegori
Majas Alegori merupakan majas yang di dalamnya mengandung nilai-nilai positif seperti nilai kedermawanan, kepahlawanan, moral, dan nilai pendidikan. Biasanya nilai-nilai tersebut terdapat dalam cerita fabel.
Contoh :
Cahaya paling senang membaca Kancil dan Buaya.
Kita bisa belajar dari kecerdikan kancil ketika menghadapi kesulitan.
Majas Pertentangan
1. Majas Hiperbola
Majas Hiperbola merupakan majas yang melebih-lebihkan sesuatu melebihi dari kenyataan yang sebenarnya.
Contoh :
Sampah di pinggir kota itu telah menggunung.
Darah korban kecelakaan itu membanjiri bumi.
Air matanya mengalir menganak sungai.
2. Majas Litotes
Majas Litotes merupakan majas yang mengecilkan sesuatu dari kenyataan yang sebenarnya.
Contoh :
Terimalah hadiah dariku yang tak seberapa ini. (padaha hadiah yang diberikan sangat mewah)
3. Majas Ironi
Majas ironi merupakan majas sindiran yang sangat halus sehingga orang yang disindir pun tidak merasa kalau disindir.
Contoh :
Bersih sekali kelas ini. (Padahal kelasnya kotor)
Baju yang kamu pakai terlihat rapi hingga tak sedap untuk dilihat.
4. Majas Sinisme
Majas Sinisme merupakan majas sindiran yang agak kasar tetapi belum membuat seseorang sakit hati.
Contoh :
Tulisanmu rapi sekali seperti cakaran ayam.
Harum sekali dirimu sampai-sampai membuat semua orang pingsan.
5. Majas Sarkasme
Majas Sarkasme merupakan majas sindiran yang paling kasar sehingga dapat membuat orang lain sakit hati.
Contoh :
Kamu benar-benar bodoh, hal yang mudah saja tak bisa kamu kerjakan.
Orang itu telah mampus kena timah panas polisi.
6. Majas Klimaks
Majas Klimaks merupakan majas yang dimulai dari hal yang mudah ke sulit, sederhana ke kompleks, kecil ke besar.
Contoh :
Jangankan seribu, sepuluh ribu, satu juta pun pasti akan aku berikan jika aku punya.
Jangankan emas, rumah mewah, nyawaku pun akan aku serahkan untuk dirimu.
7. Majas Antiklimaks
Majas antiklimaks merupakan kebalikan dari majas klimaks. Majas antiklimaks merupakan majas yang dimulai dari hal besar ke kecil, hal yang sulit ke mudah, dari hal yang kompleks ke sederhana.
Contoh :
Jangankan naik pesawat, naik kapal laut, naik kereta, naik mobil, naik sepeda motor, naik sepeda saja ia tidak bisa.
Jangankan semilyar, satu juta, seratus ribu, satu rupiah pun orang itu tak punya.
8. Majas Paradoks
Majas Paradoks merupakan majas yang menyatakan kebalikan atau bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya tetapi antara si pembicara dengan lawan bicara tidak harus berada dalam satu waktu dan tempat yang sama.
Contoh :
Sinta merasa sendirian ditengah ramainya kota Jakarta.
Pak Doni merasakan ketakbahagiaan meskipun hartanya berlimpah.
9. Majas Antiftrasis
Majas Antifrasis merupakan majas yang menyatakan kebalikan atau bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya tetapi antara si pembicara dan lawan bicara harus berada dalam satu situasi dan tempat yang sama supaya tidak terjadi kesalah-pahaman.
Contoh :
Kita sambut bintang lapangan kita. Huuu.... (olokan penonton karena yang terjadi di lokasi pemain tersebut telah melakukan kesalahan karena melakukan gol bunuh diri)
Majas Pertautan
1. Majas Alusio
Majas Alusio merupakan majas yang di dalamnya terdapat sebuah kejadian/peristiwa, tempat atau sesuatu yang telah diketahui oleh masyarakat secara luas.
Contoh :
Tsunami yang terjadi di Aceh telah banyak memakan korban.
Pelaksanaan UN bagi pelajar tetap dilaksanakan sebagai sarana untuk melakukan pemetaan di dunia pendidikan.
2. Majas Eaufeumisme
Majas Eaufeumisme merupakan majas yang didalamnya ada unsur untuk memperhalus kata-kata sehingga kalimat tersebut menjadi santun dan tidak menyakiti hati orang lain.
Contoh :
Orang itu telah dirumahkan dari perusahaan tempat ia bekerja.
dirumahkan (dipecat)
Pejabat itu telah lulus dari pendidikannya di istana prodeo.
Istana prodeo (penjara)
3. Majas Metonimia
Majas Metonimia merupakan majas yang menggunakan nama merk, atau pun nama barang di dalam kalimat sebagai unsur utamanya.
Contoh :
Ayah dan ibu pergi ke Surabaya menggunakan Garuda.
Santi tak pernah lupa minum teadrink setiap pagi.
4. Majas Sinekdoke
Majas sinekdoke terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu sinekdoke pars prototo dan sinekdoke totem pro parte.
Sinekdoke pars prototo merupakan majas yang menyatakan sebagian untuk maksud keseluruhan.
Contoh :
Setiap kepala dikenai iuran Rp5.000,00 untuk acara itu.
Sudah tiga hari batang hidungnya tak kelihatan.
Sinekdoke totem proparte merupakan majas yang menyatakan keseluruhan untuk maksud sebagian.
Indonesia menjadi juara dalam kejuaraan itu.
SMPN 10 sangat bangga karena terpilih untuk mewakili kotanya mengikuti Olimpiade MIPA tahun ini.
Semoga bermanfaat....
Gaya bahasa atau lebih dikenal dengan istilah majas merupakan salah satu materi yang terdapat dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, dan harus dipahami oleh siswa. Untuk lebih memudahkan memahaminya, sedikit tulisan ini semoga dapat membantu..
Majas secara garis besar terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Majas Perbandingan, terdiri :
Personifikasi, metafora, simile/perumpamaan, dan alegori.
2. Majas Pertentangan, terdiri :
Hiperbola, litotes, ironi, sinisme, sarkasme, klimaks, antiklimaks, paradoks, dan antifrasis.
3. Majas Pertautan, terdiri :
Alusio, eaufeumisme, metonimia, dan sinekdoke.
Majas Perbandingan
1. Majas Personifikasi
Majas Personifikasi merupakan majas yang melekatkan sifat manusia kepada benda/hal selain manusia sehingga benda tersebut menjadi berperilaku seperti manusia.
Contoh :
Batu itu terdiam seribu bahasa.
Dedaunan di tepi pantai melambai-lambai memanggil para wisatawan.
Pena putih itu menari-nari di atas kertas putih.
2. Majas Metafora
Majas Metafora merupakan majas yang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain secara langsung tanpa menggunakan kata pembanding.
Contoh :
Mobil itu merajai jalanan sejak setahun yang lalu.
Hal paling tidak mengenakkan adalah dianggap menjadi sampah masyarakat.
Perpustakaan akan benar-benar menjadi gudang ilmu jika kita bisa memanfaatkannya.
3. Majas Simile/perumpamaan
Majas Simile merupakan majas yang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain menggunakan kata pembanding.
Kata-kata yang sering digunakan adalah bak, bagai, bagaikan, ibarat, laksana, dan seperti.
Contoh :
Gusti terlihat cantik bagaikan seorang putri raja.
Menghadapi anak nakal itu bak menghadapi seorang preman jalanan yang tak kenal aturan.
Kedua kakak beradik itu laksana pinang dibelah dua.
4. Majas Alegori
Majas Alegori merupakan majas yang di dalamnya mengandung nilai-nilai positif seperti nilai kedermawanan, kepahlawanan, moral, dan nilai pendidikan. Biasanya nilai-nilai tersebut terdapat dalam cerita fabel.
Contoh :
Cahaya paling senang membaca Kancil dan Buaya.
Kita bisa belajar dari kecerdikan kancil ketika menghadapi kesulitan.
Majas Pertentangan
1. Majas Hiperbola
Majas Hiperbola merupakan majas yang melebih-lebihkan sesuatu melebihi dari kenyataan yang sebenarnya.
Contoh :
Sampah di pinggir kota itu telah menggunung.
Darah korban kecelakaan itu membanjiri bumi.
Air matanya mengalir menganak sungai.
2. Majas Litotes
Majas Litotes merupakan majas yang mengecilkan sesuatu dari kenyataan yang sebenarnya.
Contoh :
Terimalah hadiah dariku yang tak seberapa ini. (padaha hadiah yang diberikan sangat mewah)
3. Majas Ironi
Majas ironi merupakan majas sindiran yang sangat halus sehingga orang yang disindir pun tidak merasa kalau disindir.
Contoh :
Bersih sekali kelas ini. (Padahal kelasnya kotor)
Baju yang kamu pakai terlihat rapi hingga tak sedap untuk dilihat.
4. Majas Sinisme
Majas Sinisme merupakan majas sindiran yang agak kasar tetapi belum membuat seseorang sakit hati.
Contoh :
Tulisanmu rapi sekali seperti cakaran ayam.
Harum sekali dirimu sampai-sampai membuat semua orang pingsan.
5. Majas Sarkasme
Majas Sarkasme merupakan majas sindiran yang paling kasar sehingga dapat membuat orang lain sakit hati.
Contoh :
Kamu benar-benar bodoh, hal yang mudah saja tak bisa kamu kerjakan.
Orang itu telah mampus kena timah panas polisi.
6. Majas Klimaks
Majas Klimaks merupakan majas yang dimulai dari hal yang mudah ke sulit, sederhana ke kompleks, kecil ke besar.
Contoh :
Jangankan seribu, sepuluh ribu, satu juta pun pasti akan aku berikan jika aku punya.
Jangankan emas, rumah mewah, nyawaku pun akan aku serahkan untuk dirimu.
7. Majas Antiklimaks
Majas antiklimaks merupakan kebalikan dari majas klimaks. Majas antiklimaks merupakan majas yang dimulai dari hal besar ke kecil, hal yang sulit ke mudah, dari hal yang kompleks ke sederhana.
Contoh :
Jangankan naik pesawat, naik kapal laut, naik kereta, naik mobil, naik sepeda motor, naik sepeda saja ia tidak bisa.
Jangankan semilyar, satu juta, seratus ribu, satu rupiah pun orang itu tak punya.
8. Majas Paradoks
Majas Paradoks merupakan majas yang menyatakan kebalikan atau bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya tetapi antara si pembicara dengan lawan bicara tidak harus berada dalam satu waktu dan tempat yang sama.
Contoh :
Sinta merasa sendirian ditengah ramainya kota Jakarta.
Pak Doni merasakan ketakbahagiaan meskipun hartanya berlimpah.
9. Majas Antiftrasis
Majas Antifrasis merupakan majas yang menyatakan kebalikan atau bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya tetapi antara si pembicara dan lawan bicara harus berada dalam satu situasi dan tempat yang sama supaya tidak terjadi kesalah-pahaman.
Contoh :
Kita sambut bintang lapangan kita. Huuu.... (olokan penonton karena yang terjadi di lokasi pemain tersebut telah melakukan kesalahan karena melakukan gol bunuh diri)
Majas Pertautan
1. Majas Alusio
Majas Alusio merupakan majas yang di dalamnya terdapat sebuah kejadian/peristiwa, tempat atau sesuatu yang telah diketahui oleh masyarakat secara luas.
Contoh :
Tsunami yang terjadi di Aceh telah banyak memakan korban.
Pelaksanaan UN bagi pelajar tetap dilaksanakan sebagai sarana untuk melakukan pemetaan di dunia pendidikan.
2. Majas Eaufeumisme
Majas Eaufeumisme merupakan majas yang didalamnya ada unsur untuk memperhalus kata-kata sehingga kalimat tersebut menjadi santun dan tidak menyakiti hati orang lain.
Contoh :
Orang itu telah dirumahkan dari perusahaan tempat ia bekerja.
dirumahkan (dipecat)
Pejabat itu telah lulus dari pendidikannya di istana prodeo.
Istana prodeo (penjara)
3. Majas Metonimia
Majas Metonimia merupakan majas yang menggunakan nama merk, atau pun nama barang di dalam kalimat sebagai unsur utamanya.
Contoh :
Ayah dan ibu pergi ke Surabaya menggunakan Garuda.
Santi tak pernah lupa minum teadrink setiap pagi.
4. Majas Sinekdoke
Majas sinekdoke terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu sinekdoke pars prototo dan sinekdoke totem pro parte.
Sinekdoke pars prototo merupakan majas yang menyatakan sebagian untuk maksud keseluruhan.
Contoh :
Setiap kepala dikenai iuran Rp5.000,00 untuk acara itu.
Sudah tiga hari batang hidungnya tak kelihatan.
Sinekdoke totem proparte merupakan majas yang menyatakan keseluruhan untuk maksud sebagian.
Indonesia menjadi juara dalam kejuaraan itu.
SMPN 10 sangat bangga karena terpilih untuk mewakili kotanya mengikuti Olimpiade MIPA tahun ini.
Semoga bermanfaat....
Komentar
Posting Komentar